Tak terasa sudah tiga tahun menjadi pelanggan setia Hotel Camar. Ya, sejak aku menginjakkan kaki di Jambi, hotel pertama yang kusinggahi adalah Camar. Saat itu aku diantar oleh mantan pacarku yang dua bulan berikutnya menjadi calon suamiku. Mutar-mutar cari hotel di sekitar Thehok yang lokasinya dekat dengan kantornya (Jambi Independent). Di satu ruas jalan sekitar Thehok hingga simpang dekat Matahari Mall berbagai jenis hotel dari yang elit hingga remang-remang berderet di antara ruko-ruko dan kantor-kantor. Kami menentukan pilihan pada Camar karena harga standar (150-200-an ribu). Tak banyak persyaratan, seperti harus membawa surat nikah dan lainnya, hanya menunjukkan KTP dan langsung dipersilahkan check-in.
Selasa, 02 Agustus 2011
Senin, 25 Juli 2011
Among-Among
AKU tak lagi muda. Tak lagi mampu membawa setumpuk bantal, melintasi delapan gerbong kereta ekonomi guna menyewakannya pada penumpang. Berebut jalan sempit dengan puluhan pedagang dan pengamen yang setia berkawan dengan malam. Mengais rezeki demi sekeping uang logam lima puluh rupiah –kini kira-kira seharga tiga lembar kertas bergambar Pahlawan Pattimura. Aku bahkan tak lagi mampu membawa diriku sendiri menuju kamar mandi. Butuh tangan anakku untuk sampai di ruang pembuangan itu. Rupanya aku sudah terlalu renta, sudah bau tanah kata orang. Umurku bahkan sedang merayap menuju angka delapan puluh satu pada penghujung tahun ini, tiga hari lagi. Anakku yang mengingatkan hari lahirku itu ketika dia menyeka tubuhku kala senja.
Minggu, 24 Juli 2011
Cukup Tiga Tahun Tiga Bulan Saja
Tiga tahun tiga bulan aku meninggalkannya. Seorang mantan kekasih yang dulu sangat aku cintai. Semua tahu, terutama dari pihaknya, akulah biang keroknya. Akulah yang telah meninggalkannya. Tak ada penjelasan dan memang aku tak mau menjelaskan. Semuanya terlalu cepat dan tak terduga. Tak ada rencana untuk meninggalkannya.
Selasa, 19 Juli 2011
Lelaki Seribu Cerita
:untuk suamiku, Herma Yulis
Bangunlah suamiku, malam ini giliranku bercerita. Kali ini aku tak memintamu melantunkan cerita untukku. Kali ini, engkau kuberi cuti. Ya, biasanya bibirmu terpaksa mengurai cerita demi menidurkanku. Suka atau tidak, engkau sering terjaga karena aku selalu sakau mendengar setiap helai cerita dari bibir yang tak pernah memarahiku.
Bangunlah suamiku, malam ini giliranku bercerita. Kali ini aku tak memintamu melantunkan cerita untukku. Kali ini, engkau kuberi cuti. Ya, biasanya bibirmu terpaksa mengurai cerita demi menidurkanku. Suka atau tidak, engkau sering terjaga karena aku selalu sakau mendengar setiap helai cerita dari bibir yang tak pernah memarahiku.
Selasa, 05 Juli 2011
Citaku pada KITLV
Pagi ini aku membuka facebook dan kutemukan sebuah situs yang dikirim oleh mbak Rhoma. Situs KITLV. Aku buka-buka, menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantarnya. Sedikit-sedikit aku tahu walaupun banyak kosakata yang tak kumengerti. Impianku kembali melambung. Aku ingin benar-benar ke Belanda. Aku ingin menjadi bagian dari researcher KITLV (kalau yang ini entahlah). Aku lihat-lihat katalog buku-buku terbitan KITLV, luar biasa! Banyak buku tentang Indonesia dan mungkin banyak yang belum diterjemahkan ke bahasa Indonesia sebab aku tak menemuinya di toko buku. Aku mencari tentang Jambi, belum ketemu. Biarpun baru sekedar mimpi, aku akan berjuang untuk mewujudkannya meskipun terasa dan terlihat sulit karena beberapa keterbatasanku. Tak selayaknya mimpi itu hanya dilambungkan ke angan-angan saja, bukan?
Minggu, 03 Juli 2011
Pesta
PUKUL dua pagi. Kulihat angka digital yang tertera di ponselku. Lelapku terusik oleh suara samar serupa bocah yang tertawa cekikikan. Bulu romaku mulai bangkit. Terbayang di kepala, telingaku yang sedang terjaga ini mendengar suara dari dunia yang lain. Aku goyang-goyang tubuh istriku yang sedang rebah di sampingku. Menanyakan apakah pendengarannya menangkap suara yang sama. Dengan mata setengah terbuka istriku mencoba mencari sinyal suara yang kumaksud.
Sabtu, 02 Juli 2011
Anak Kereta
Ugh…ugh…ugh..ugh! Bunyi suara dari mulut si bisu.
Anak Kereta
Suara yang tercekat itu meyakinkan isyarat tubuhnya,
meragakan satu suapan:
untuk makan.
Separuh Impian Kami Ada Pada Blog
Hari ini kepalaku terasa pening akibat begadang sampai jam 1. Setelah dua tahun bekerja, aku tak bisa sekuat dulu untuk memicingkan mata di malam hari. Semalam aku ngotak-atik, lihat sana lihat sini blog-blong orang. Blog mereka sebagian bagus-bagus dan beberapa blog yang aku buka, kusematkan dalam link, perempuanku atau lelakiku. Aku hanya mengambil blog yang menarik bagiku dan yang sering update seperti blog Petrik Matanasi. Tampilan blognya kurang menarik tapi ia konsisten dan update terus tulisannya. Aku suka itu. Aku juga setia dengan blog Andreas Harsono. Sejak diperkenalkan blognya oleh mbak Hajar tiga tahun yang lalu, aku sering mengunjunginya, sampai aku tak menyangka bakal ketemu beliau di bulan Februari ini. Sebagian besar blogger yang aktif itu berjenis kelamin laki-laki, susah mencari blogger perempuan. Apa aku yang nggak tau ya??? hehehe...
Jumat, 01 Juli 2011
Cinta Yang Tak Bisa Dimengerti
:untuk mamak dan bapak
IBU.
Mengapa sekarang aku lebih banyak menangis untukmu?
Untuk cintamu yang tak pernah kumengerti.
Engkau selalu korbankan rengekanku demi orang yang kusebut ayah. Kehangatanmu seolah tak terasa di tubuhku sewaktu aku membutuhkan sosokmu. Kenakalan yang kuberbuat engkau bayar dengan gelegar suara ayah dan tangis yang tak pernah kumengerti. Aku tak sanggup seperti engkau, IBU. Aku tak sanggup menerima makian, hujatan dan tamparan dari seorang lelaki yang akan menemani aku di lebih dari separuh kehidupanku.
Renungan untuk Rifando
RIFANDO. Aku baca sederet nama di selembar kertas biodata yang kuminta.
“Hobby karate ya?”
“Atlet provinsi bu,” katanya dengan menampakkan kebanggaan.
Hmm... Aku nggak nanya itu. Apa peduliku mau atlet provinsi atau dunia kek, tak berpengaruh sikapku padanya. Prinsipku, kalau murid mau menghargi gurunya, aku pasti akan baik dan murah hati memberi nilai. Nilai itu persoalan kecil, bagiku yang penting sikap, tak cuma denganku saja tapi dengan semua guru.
Selasa, 28 Juni 2011
Iing Fatra Indira
Aku resah. Kepalaku penuh dengan pikiran-pikiran bagaimana menjadi orang tua yang baik, yang bisa mendidik anak untuk selalu jujur dan tidak berbuat diam-diam. Aku belum punya anak, tapi di rumah ada seorang keponakan dari suamiku.
Rabu, 22 Juni 2011
Perempuan yang Berkawan dengan Kucing, Bebek dan Ayam
PEREMPUAN itu tak pernah menghendaki kucing putih berbelang hitam di telinga, ekor dan sedikit pada kemaluan mendekati dapurnya siang itu. Tiba-tiba saja kucing liar itu ada di hadapannya ketika ia sedang membersihkan tulang dan kepala ikan asin yang akan dijadikan menu makan malam keluarganya.
Gang Pudak
:mengenang hari-hari di Gang Pudak
1
Satu kakak, satu adik. Satu pria, satu wanita. Umur tak jauh beda. Wajah hampir serupa dengan ibu yang sama. Namun, tak tahu bapak mereka yang mana. Hanya perempuan yang menggelayutkan tubuh keduanyalah yang tahu siapa bapak mereka. Bapak yang menjadikan keduanya serupa tapi tak sama.
Minggu, 22 Mei 2011
Taman Senja
PIT akhirnya temukan senja itu di ujung kota yang baru saja disinggahinya. Senja yang selalu hadir di hari-hari sebelum keberangkatannya untuk berpetualang. Senja merah. Lukisan langit yang berbalut warna kelam. Goresan cahaya sang surya yang hanya terlukiskan pada langit penyongsong malam. Sebelum tirai malam menutupi kota. Di kala ribuan burung layang-layang mulai mengepakkan sayapnya menggapai tiang-tiang listrik, tempat peristirahatan mereka. Senja itu seperti semburat kapas merah yang menghiasi sang surya yang berangsur tengelam di penghujung hari.
Tiga Sajak yang Menari di Kepala
HATIKU makin tak menentu ketika kudapati diriku memasuki menit-menit sebuah upacara sakral. Pernikahanku. Tiba-tiba aku sudah terduduk di depan kaca, tak mampu hentikan jemari perias pengantin yang dengan leluasa mengoleskan bubuk halus warna-warni di wajahku yang pias. Ingin rasanya aku menghipnotis perias berwajah wanita dengan tubuh pria itu.
Oh, sungguh aku setengah-setengah menginginkan ini terjadi pada diriku. Tak pernah kusangka aku akan menghadapi resepsi yang kurencanakan namun tak kukehendaki. Aku merencanakan pernikahan itu bersama pengantin pria yang akan bersanding denganku. Namun, aku menghendaki pengantin itu kekasihku yang memujaku seumur hidupnya, bukan pria itu.
Oh, sungguh aku setengah-setengah menginginkan ini terjadi pada diriku. Tak pernah kusangka aku akan menghadapi resepsi yang kurencanakan namun tak kukehendaki. Aku merencanakan pernikahan itu bersama pengantin pria yang akan bersanding denganku. Namun, aku menghendaki pengantin itu kekasihku yang memujaku seumur hidupnya, bukan pria itu.
Minggu, 01 Mei 2011
Kenang-kenangan dari Siswa SMAN 8 Batanghari
Mengajar di SMA Negeri 8 Batanghari sejak 1 Februari 2010 – 30 April 2011 merupakan pengalaman yang sangat berharga. Teramat berharga.
Setelah mengetahui bahwa aku lulus CPNS sebagai guru sejarah SMA pada Januari 2010, kepalaku diisi berbagai bayangan tentang tempat tugasku nanti. Aku sempat survei di beberapa SMA Negeri yang ada di Batanghari. Aku belum tahu pasti akan ditempatkan di mana, jadi aku mau melihat kondisi sekolahku sebelum aku mengajar. SMAN 8 Batanghari salah satunya.
Setelah mengetahui bahwa aku lulus CPNS sebagai guru sejarah SMA pada Januari 2010, kepalaku diisi berbagai bayangan tentang tempat tugasku nanti. Aku sempat survei di beberapa SMA Negeri yang ada di Batanghari. Aku belum tahu pasti akan ditempatkan di mana, jadi aku mau melihat kondisi sekolahku sebelum aku mengajar. SMAN 8 Batanghari salah satunya.
Kamis, 17 Maret 2011
Dari Emosi Hingga Menulis
At Mokko Factory (11 Maret 2010). Sebuah tempat nongkrong di Jambi Prima Mall. Sebelumnya adalah toko penyedia es teller 88, mungkin bangkrut kemudian diganti dengan Mokko Factory. Tempatnya sedikit menyenangkan meskipun tertulis dalam dinding free Wi Fi, tapi ternyata pakai pasword (akhirnya dapat juga, paswordnya mokko2011 tapi tetap tidak bisa, internet murahan atau laptopku settingannya tak bagus). Harga menunya lumayan mahal. Ice cappucino dan hot cafe late saja Rp. 33.000,-.
Langganan:
Postingan (Atom)