Hari ini kepalaku terasa pening akibat begadang sampai jam 1. Setelah dua tahun bekerja, aku tak bisa sekuat dulu untuk memicingkan mata di malam hari. Semalam aku ngotak-atik, lihat sana lihat sini blog-blong orang. Blog mereka sebagian bagus-bagus dan beberapa blog yang aku buka, kusematkan dalam link, perempuanku atau lelakiku. Aku hanya mengambil blog yang menarik bagiku dan yang sering update seperti blog Petrik Matanasi. Tampilan blognya kurang menarik tapi ia konsisten dan update terus tulisannya. Aku suka itu. Aku juga setia dengan blog Andreas Harsono. Sejak diperkenalkan blognya oleh mbak Hajar tiga tahun yang lalu, aku sering mengunjunginya, sampai aku tak menyangka bakal ketemu beliau di bulan Februari ini. Sebagian besar blogger yang aktif itu berjenis kelamin laki-laki, susah mencari blogger perempuan. Apa aku yang nggak tau ya??? hehehe...
Tak banyak kuketahui tentang cara mengoperasikan blog. Sejak blog ini dibuat, aku baru mengaktifkan lagi sekitar dua bulan yang lalu. Aku sedikit mengabaikan kegunaan blog yang lebih penting. Aku pikir blog itu hanya tempat curhat doang, ternyata ada banyak manfaat di baliknya.
Aku dan suamiku berusaha menekuni blog masing-masing sebagai permulaan belajar tentang dunia blog. Kami berencana membuat sebuah situs sendiri tentang Jambi. Ya... kami sepakat pada keputusan bahwa pekerjaan penulis lepas lebih baik untuk suamiku daripada menghamba terus pada perusahaan media yang sangat kapitalis. Ini suatu kenekadan, mungkin. Di saat kami mempunyai dua orang keponakan yang siap belajar minimal hingga tiga tahun yang akan datang.
Gaji bulananku ludes untuk tagihan hutang bank, kredit rumah, kredit barang-barang rumah tangga dan arisan (segala rupa yang menyangkut perempuan, sulit dihindari sebab banyak sekali tawaran yang menggoda,hehehe...). Kali ini kami harus mengandalkan kemampuan otak dan tangan ini, karena tak ada sawah, tak ada ladang, tak ada modal dan tak ada sesuatu yang bisa digadai atau dijual. Sebenarnya masih ada satu senjata: SK PNS. Sebisa mungkin aku tak mau lagi menyekolahkan SK lagi bila tak benar-benar kepepet. Lagian nanti mau makan apa? Tapi ada satu kalimat yang ampuh dalam kondisi seperti ini: REJEKI BISA DICARI!
Impian kami untuk media itu ialah mengupas tuntas tentang Jambi. Jambi, provinsi yang menurutku miskin sejarah, miskin cerita, miskin pergolakan. Jambi kaya budaya, kaya sumber daya, kaya akan keunikan. Anehnya sedikit orang menulis tentangnya. Entahlah bagaimana pola pikir orang Jambi ini. Aku bukan orang Jambi tapi aku cinta dengan Jambi. Aku sangat tertarik pada segala hal tentang Jambi. Sayangnya, gerakku tak banyak. Karenanya aku mendukung suamiku untuk mengeksplorasi Jambi supaya lebih dikenal lagi. Kami ingin mendirikan Jambi Feature seperti Aceh Featurenya Linda Christanty. Separuh impian kami ada pada blog, makanya beberapa bulan terakhir ini kami ubek-ubek blog, tanya sana-sini, dan ikut pelatihan.
Aku senang ketika suamiku membuka pikirannya untuk berkelana menjelajah Jambi. Terkadang aku merasa iri padanya. Tak apalah, yang penting aku masih bisa menulis dan otakku masih terus berpikir bagaiman memajukan Jambi dengan sedikit goresan dari tulsan-tulisanku. Semoga!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar