:untuk suamiku, Herma Yulis
Bangunlah suamiku, malam ini giliranku bercerita. Kali ini aku tak memintamu melantunkan cerita untukku. Kali ini, engkau kuberi cuti. Ya, biasanya bibirmu terpaksa mengurai cerita demi menidurkanku. Suka atau tidak, engkau sering terjaga karena aku selalu sakau mendengar setiap helai cerita dari bibir yang tak pernah memarahiku.
"Please, telling one or three stories for me," kata-kata itu yang selalu aku pinta saat gelap merayap.
Itu mulanya. Dan selanjutnya, aku pun tak mengenal detik kegelapan itu. Kau pun selalu mengabulkan permintaanku. Aku teramat bahagia saat itu, mungkin melebihi kebahagiaan di hari pernikahan kita. Kau ingat kan suamiku?
Bukalah matamu yang sipit itu. Sunggingkanlah pipitmu yang membuat wajahmu terlihat tampan, walaupun kau tahu aku tak pernah memuji tentang kesempurnaan fisikmu. Kau mungkin nanti akan tahu bahwa aku bukan tipe yang suka memberi pujian meskipun dalam hatiku aku selalu memujamu.
Dengarkanlah suamiku. Malam ini aku terlalu ingin bercerita hingga tak sanggup membiarkan tubuhmu yang kelelahan itu tetap rehat. Aku hanya ingin engkau tahu bahwa seribu hari yang telah kita lalui tak pernah sekalipun engkau absen memberiku kisah yang menggelitik isi kepala dan bola mataku yang nakal ini, walau hanya sekedar pesan singkat. Jangan khawatir, kisah itu tersimpan rapi dalam folder-folder khusus di sepertiga memori otakku. Aku akan cepat tahu ketika kau mereplay kisah-kisah yang pernah kau perdengarkan pada malam-malam sebelumnya.
Kali ini aku benar-benar ingin bercerita padamu, genap setelah malam ke seribu kita beradu bahu. Simpan baik-baik kata-kata yang ingin kusampaikan padamu. Mungkin tak banyak sehingga tak perlu mata mungilmu yang lelah itu berlama-lama terbuka.
Suamiku, aku ingin bercerita: "Bila tua nanti, saat rambut kita telah memutih, anak-anak kita telah melahirkan cucu-cucu yang menggemaskan, dan kita tinggal di rumah mungil yang penuh dengan tumpukan buku yang kita impikan, aku ingin kita pergi meninggalkan dunia ini bersama. Kalaupun itu menjadi sebuah keinginan yang sulit terkabul, ku ingin biarlah aku yang pergi terlebih dahulu. Aku benar-benar tak sanggup hidup dengan kenangan bersamamu. Kau teramat berarti untukku.
Seribu malam bersamamu: 22 Oktober 2008 - 15 Juli 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar