Rabu, 26 September 2012

Buku Harian

"Benih menulis lahir di antara goresan-goresan Buku Harian."
Kegiatan yang terkadang menjadi kebiasaan buruk tetapi paling menarik ialah mencuri baca buku harian. Pencurian pertamaku ada pada buku harian mbakku. Ia hobi menulis buku harian dan itu sangat menginspirasiku. Terkadang, buku harian berisi curahan hati yang tulus diungkapkan oleh seseorang mengenai kehidupannya yang tak ingin diketahui oleh siapapun, namun acapkali buku harian juga dijadikan catatan kebohongan untuk mengambil simpati atau hanya untuk alarm hidup supaya mengingatkan kembali ketika memori otak tak dapat memutar kembali kenangan-kenangan yang mungkin sudah dan akan terlupakan.

Sabtu, 08 September 2012

KUBU


Kalian sering menyebut kami: Kubu. Ingatkah? Dalam setiap kata-kata pembuka selalu terucap: “…. yang telah membawa kita dari alam kegelapan ke alam yang terang benderang.” Bukankah kita sama-sama kubu pada awalnya?

Alam kami memang gelap. Mata kami tak bisa membaca dan tangan kami tak bisa menulis, namun kami mampu menjaga rumah kami dengan baik tanpa merusaknya. Tidak seperti kalian yang mulai menumbangkan pohon-pohon yang rimbun serta mengusir binatang-binatang yang tambun.

Seandainya kalian mau mengingat perjanjian nenek moyang kita, mungkin rumah kami tak habis terbakar. Kami bisa hidup mewah layaknya kalian yang ada di luar sana. Sebagian kalian mengkhianti perjanjian itu. Menganggap kami kubu, yang mudah sekali ditipu.

Jika rumah kami kalian habiskan, bukankah rumah kalian juga akan terancam musnah? Nafsu menguasai rumahku akan menjadi tombak yang bisa merobek tubuh. Mungkin kalian sadari itu, namun hasrat itu telah membutakan. Suatu saat rumah kami, lalu rumah kalian akan hancur karena keserakahan. Siapa sebenarnya yang pantas disebut kubu?

Muara Bulian, 5 September 2012