Senin, 25 Juli 2011

Among-Among


AKU tak lagi muda. Tak lagi mampu membawa setumpuk bantal, melintasi delapan gerbong kereta ekonomi guna menyewakannya pada penumpang. Berebut jalan sempit dengan puluhan pedagang dan pengamen yang setia berkawan dengan malam. Mengais rezeki demi sekeping uang logam lima puluh rupiah –kini kira-kira seharga tiga lembar kertas bergambar Pahlawan Pattimura. Aku bahkan tak lagi mampu membawa diriku sendiri menuju kamar mandi. Butuh tangan anakku untuk sampai di ruang pembuangan itu. Rupanya aku sudah terlalu renta, sudah bau tanah kata orang. Umurku bahkan sedang merayap menuju angka delapan puluh satu pada penghujung tahun ini, tiga hari lagi. Anakku yang mengingatkan hari lahirku itu ketika dia menyeka tubuhku kala senja.

Minggu, 24 Juli 2011

Cukup Tiga Tahun Tiga Bulan Saja

Tiga tahun tiga bulan aku meninggalkannya. Seorang mantan kekasih yang dulu sangat aku cintai. Semua tahu, terutama dari pihaknya, akulah biang keroknya. Akulah yang telah meninggalkannya. Tak ada penjelasan dan memang aku tak mau menjelaskan. Semuanya terlalu cepat dan tak terduga. Tak ada rencana untuk meninggalkannya.

Selasa, 19 Juli 2011

Lelaki Seribu Cerita

:untuk suamiku, Herma Yulis

Bangunlah suamiku, malam ini giliranku bercerita. Kali ini aku tak memintamu melantunkan cerita untukku. Kali ini, engkau kuberi cuti. Ya, biasanya bibirmu terpaksa mengurai cerita demi menidurkanku. Suka atau tidak, engkau sering terjaga karena aku selalu sakau mendengar setiap helai cerita dari bibir yang tak pernah memarahiku.

Selasa, 05 Juli 2011

Citaku pada KITLV

Pagi ini aku membuka facebook dan kutemukan sebuah situs yang dikirim oleh mbak Rhoma. Situs KITLV. Aku buka-buka, menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantarnya. Sedikit-sedikit aku tahu walaupun banyak kosakata yang tak kumengerti. Impianku kembali melambung. Aku ingin benar-benar ke Belanda. Aku ingin menjadi bagian dari researcher KITLV (kalau yang ini entahlah). Aku lihat-lihat katalog buku-buku terbitan KITLV, luar biasa! Banyak buku tentang Indonesia dan mungkin banyak yang belum diterjemahkan ke bahasa Indonesia sebab aku tak menemuinya di toko buku. Aku mencari tentang Jambi, belum ketemu. Biarpun baru sekedar mimpi, aku akan berjuang untuk mewujudkannya meskipun terasa dan terlihat sulit karena beberapa keterbatasanku. Tak selayaknya mimpi itu hanya dilambungkan ke angan-angan saja, bukan?

Minggu, 03 Juli 2011

Pesta


PUKUL dua pagi. Kulihat angka digital yang tertera di ponselku. Lelapku terusik oleh suara samar serupa bocah yang tertawa cekikikan. Bulu romaku mulai bangkit. Terbayang di kepala, telingaku yang sedang terjaga ini mendengar suara dari dunia yang lain. Aku goyang-goyang tubuh istriku yang sedang rebah di sampingku. Menanyakan apakah pendengarannya menangkap suara yang sama. Dengan mata setengah terbuka istriku mencoba mencari sinyal suara yang kumaksud.

Sabtu, 02 Juli 2011

Anak Kereta


Ugh…ugh…ugh..ugh! Bunyi suara dari mulut si bisu.
Anak Kereta

Suara yang tercekat itu meyakinkan isyarat tubuhnya,
meragakan satu suapan: 
untuk makan.

Separuh Impian Kami Ada Pada Blog

Hari ini kepalaku terasa pening akibat begadang sampai jam 1. Setelah dua tahun bekerja, aku tak bisa sekuat dulu untuk memicingkan mata di malam hari. Semalam aku ngotak-atik, lihat sana lihat sini blog-blong orang. Blog mereka sebagian bagus-bagus dan beberapa blog yang aku buka, kusematkan dalam link, perempuanku atau lelakiku. Aku hanya mengambil blog yang menarik bagiku dan yang sering update seperti blog Petrik Matanasi. Tampilan blognya kurang menarik tapi ia konsisten dan update terus tulisannya. Aku suka itu. Aku juga setia dengan blog Andreas Harsono. Sejak diperkenalkan blognya oleh mbak Hajar tiga tahun yang lalu, aku sering mengunjunginya, sampai aku tak menyangka bakal ketemu beliau di bulan Februari ini. Sebagian besar blogger yang aktif itu berjenis kelamin laki-laki, susah mencari blogger perempuan. Apa aku yang nggak tau ya??? hehehe...

Jumat, 01 Juli 2011

Cinta Yang Tak Bisa Dimengerti

:untuk mamak dan bapak

IBU. 
Mengapa sekarang aku lebih banyak menangis untukmu? 
Untuk cintamu yang tak pernah kumengerti. 

Engkau selalu korbankan rengekanku demi orang yang kusebut ayah. Kehangatanmu seolah tak terasa di tubuhku sewaktu aku membutuhkan sosokmu. Kenakalan yang kuberbuat engkau bayar dengan gelegar suara ayah dan tangis yang tak pernah kumengerti. Aku tak sanggup seperti engkau, IBU. Aku tak sanggup menerima makian, hujatan dan tamparan dari seorang lelaki yang akan menemani aku di lebih dari separuh kehidupanku.

Renungan untuk Rifando


RIFANDO. Aku baca sederet nama di selembar kertas biodata yang kuminta.
“Hobby karate ya?”
“Atlet provinsi bu,” katanya dengan menampakkan kebanggaan.
Hmm... Aku nggak nanya itu. Apa peduliku mau atlet provinsi atau dunia kek, tak berpengaruh sikapku padanya. Prinsipku, kalau murid mau menghargi gurunya, aku pasti akan baik dan murah hati memberi nilai. Nilai itu persoalan kecil, bagiku yang penting sikap, tak cuma denganku saja tapi dengan semua guru.