Seperti pertanyaan yang ditulis pada bahasan sebelumnya: Lebih tua mana antara pemerintahan Sigindo dengan Depati? Meski hanya berbekal sumber-sumber dari internet, setidaknya rangkaian dasar dari wilayah Kerinci sudah bisa diraba. Sumber pemerintahan Depati yang kuperoleh kemarin berasal dari Tambo Alam Kerinci yang digubah oleh Iskandar Zakaria. Walaupun kata tambo berasa dari bahasa Sanskerta, namun kebanyakan tambo dituliskan pada masa Islam.
Tambo tertua yang baru saja diulas oleh seorang Filolog bernama Uli Kozok yang dinamai Undang-Undang Tanjung Tanah. Aku tidak sepakat jika beliau yang menemukan kitab pusaka tersebut, tetapi lebih tepatnya beliau orang pertama yang mengulasnya. Tambo itu sudah ada dan tersimpan rapi di Kerinci oleh keluarga pewarisnya, bukan ditemukan di suatu tempat yang tak berpenghuni dan tak berpemilik. Orang luar (bukan penduduk Indonesia asli) lebih dikenal sebagai penemu ini dan itu (terkait dengan sejarah Indonesia) karena merekalah yang aktif membangkitkan 'batang terendam' itu, lalu diperkenalkan dalam forum internasional. Publikasi dalam hal ini menjadi sesuatu yang penting untuk menguak sejarah. Bagaimana forum internasional akan mengenal para ahli Indonesia jika tak seorang pun dari mereka pernah menghadiri perhelatan sejarah di tingkat internasional. Akhir bulan November tahun ini, Jurnal Seloko akan menyelenggarakan seminar bertaraf internasional yang khusus mengupas tentang Jambi. Suatu kemajuan yang perlu diapresiasi.
Kembali mengenai pemerintahan Sigindo dan Depati. Aku jadi ingat perkataan suami bahwa kekuasaan di tanah kelahirannya berdasarkan luhak. Apa dia tahu, pembagian itu bermula pada abad berapa? Luhak terbentuk setelah pemerintahan Sigindo, lebih tepatnya ketika 'Kerinci' (Kerinci dalam arti luas selanjutnya menggunakan koma di atas) berada di wilayah kekuasaan Kerajaan Pagaruyung (Minangkabau). Sebelum berada di wilayah kekuasaan Pagaruyung, wilayah 'Kerinci' merupakan wilayah bebas, tidak berdaulat pada kerajaan Melayu maupun Sriwijaya sebagai kerajaan yang eksis pada waktu itu. Sebagai pemerintahan yang independent, masa itu berbentuk pemerintahan Sigindo yaitu pemerintahan yang terdiri dari beberapa dusun sebagai sekelompok kekerabatan masyarakat seketurunan. Nama Sigindo hingga sekarang masih terpatri dalam masyarakat yang meyakininya sebagai nenek moyang. Ruang lingkup pemerintahan Sigindo tidak sebesar pemerintahan kerajaan karena meliputi beberapa dusun saja. Semakin banyak dusun yang dikuasai, semakin besar pula kekuasaannya.
Pada masa pemerintahan Sigindo sudah dikenal dengan sebutan wilayah Kerinci Tinggi dan Kerinci Rendah, sama halnya yang dikenal pada masa pemerintahan Depati (sekarang istilah ini sudah tidak populer). Kerinci Tinggi dikuasai oleh beberapa pemerintahan Sigindo berikut ini:
Masa berikutnya, Kerinci Rendah pernah dikuasai Kerajaan Sriwijaya dan Kerinci Tinggi tetap pada kedaulatannya. Lalu, ketika 'Kerinci' menjadi kekuasaan kerajaan Pagaruyung, rajanya membagi daerah kekuasaannya menjadi dua, yaitu Darek dan Rantau. Daerah Kerinci dan Jambi sekarang masuk dalam wilayah Rantau. Luhak merupakan bagian dari dua daerah tersebut yang letaknya berada di pedalaman.
Pada perkembangan selanjutnya, setelah pengaruh Islam masuk, pemerintahan berubah menjadi Depati, sama halnya dengan Luhak yang membawahi beberapa dusun. Pembagian wilayah Depati sudah diperjelas pada tulisan sebeumnya. Namun, pertanyaan yang muncul: Sejak kapan pemerintahan Depati ini muncul? Apakah setelah 'Kerinci' berada di wilayah kekuasaan Kesultanan Jambi, karena beberapa sumber internet yang kubaca, ada kemungkinan pemerintahan Depati ini dibentuk oleh pemerintahan Kesultanan Jambi supaya wilayah Kerinci berada di wilayah kekuasaannya, bukan menjadi wilayah Minangkabau (Sumatera Barat) atau Indragiri (Riau). Ini menjadi PeeR selanjutnya.
Tambo tertua yang baru saja diulas oleh seorang Filolog bernama Uli Kozok yang dinamai Undang-Undang Tanjung Tanah. Aku tidak sepakat jika beliau yang menemukan kitab pusaka tersebut, tetapi lebih tepatnya beliau orang pertama yang mengulasnya. Tambo itu sudah ada dan tersimpan rapi di Kerinci oleh keluarga pewarisnya, bukan ditemukan di suatu tempat yang tak berpenghuni dan tak berpemilik. Orang luar (bukan penduduk Indonesia asli) lebih dikenal sebagai penemu ini dan itu (terkait dengan sejarah Indonesia) karena merekalah yang aktif membangkitkan 'batang terendam' itu, lalu diperkenalkan dalam forum internasional. Publikasi dalam hal ini menjadi sesuatu yang penting untuk menguak sejarah. Bagaimana forum internasional akan mengenal para ahli Indonesia jika tak seorang pun dari mereka pernah menghadiri perhelatan sejarah di tingkat internasional. Akhir bulan November tahun ini, Jurnal Seloko akan menyelenggarakan seminar bertaraf internasional yang khusus mengupas tentang Jambi. Suatu kemajuan yang perlu diapresiasi.
Kembali mengenai pemerintahan Sigindo dan Depati. Aku jadi ingat perkataan suami bahwa kekuasaan di tanah kelahirannya berdasarkan luhak. Apa dia tahu, pembagian itu bermula pada abad berapa? Luhak terbentuk setelah pemerintahan Sigindo, lebih tepatnya ketika 'Kerinci' (Kerinci dalam arti luas selanjutnya menggunakan koma di atas) berada di wilayah kekuasaan Kerajaan Pagaruyung (Minangkabau). Sebelum berada di wilayah kekuasaan Pagaruyung, wilayah 'Kerinci' merupakan wilayah bebas, tidak berdaulat pada kerajaan Melayu maupun Sriwijaya sebagai kerajaan yang eksis pada waktu itu. Sebagai pemerintahan yang independent, masa itu berbentuk pemerintahan Sigindo yaitu pemerintahan yang terdiri dari beberapa dusun sebagai sekelompok kekerabatan masyarakat seketurunan. Nama Sigindo hingga sekarang masih terpatri dalam masyarakat yang meyakininya sebagai nenek moyang. Ruang lingkup pemerintahan Sigindo tidak sebesar pemerintahan kerajaan karena meliputi beberapa dusun saja. Semakin banyak dusun yang dikuasai, semakin besar pula kekuasaannya.
Pada masa pemerintahan Sigindo sudah dikenal dengan sebutan wilayah Kerinci Tinggi dan Kerinci Rendah, sama halnya yang dikenal pada masa pemerintahan Depati (sekarang istilah ini sudah tidak populer). Kerinci Tinggi dikuasai oleh beberapa pemerintahan Sigindo berikut ini:
- Sigindo Batinting (Segerinting atau Keninting), terletak di wilayah Selatan Danau Kerinci. Wilayah ini diduga merupakan lokasi bekas dusun purba Jerangkang Tinggi. Di wilayah ini terdapat beberapa dusun yang dulunya berkembang pesat dan maju.
- Sigindo Sakti yang lokasinya diperkirakan terletak dibagian timur dusun Lempur. Negeri dalam wilayah tanah Sigindo ini adalah dusun-dusun yang berasal dari dusun purba Tanjung Muara Sekiau.
- Sigindo Balak, wilayahnya memayungi negeri-negeri yang berasa dari bekas dusun pubra Renah Punti. Daerah tanah Sigindo ini diperkirakan disekitar dusun Serampas sekarang.
- Sigindo Elok Misai yang diperkirakan berada disekitar dusun Jangkat (Muara Maderas). Negeri tanah Sigindo ini berasal dari dusun purba Koto Mutun.
- Sigindo Bauk, diperkirakan berada dekat dusun Tamiai sekarang. Negeri dari tanah Sigindo ini berasa dari dusun purba Muara Sekiau berlokasi di tepi Batang Merangin.
- Sigindo Teras, diperkirakan berlokasi disekitar dusun Pengasi, yang berasal dari dusun purba Jerangkang Tinggi.
- Sigindo Kumbang, diperkirakan berlokasi di daerah Jujun di pinggir Danau Kerinci. Wilayah Sigindo ini berasal dari dusun purba Jerangkang Tinggi.
- Sigindo Kerau, diperkirakan berlokasi di dusun Selemean sekarang. Negeri dibawah tanah Sigindo ini berasal dari dusun purba Koto Jelatang.
- Sigindo Keramat, diperkirakan berlokasi di luar dusun Hiang sekarang. Negeri yang tercakup disini berasal dari dusun purba Koto Jelatang.
- Sigindo Kecik, diperkirakan berlokasi di luar dusun Tanah Kampung sekarang. Negeri yang terlingkup dalam wilayah kekuasaan Sigindo Kecik berasal dari dusun purba Koto Beringin.
- Sigindo Siung, diperkirakan berlokasi di daerah perbukitan di sekitar dusun Kumun sekarang. Negeri yang berada di bawah tanah Sigindo ini beradal dari dusnu purba Talang Betung.
- Sigindo Panjang Rambut, diperkirakan berlokasi di atgas bukit dekat dusun Sungai Liuk sekarang. Negeri yang berada dibawah tanah Sigindo ini berasal dari dusun purba Koto Beringin.
- Sigindo Merak, diperkirakan berlokasi di atas perbukitandekat dusun Tebat Ijuk sekarang. Negeri yang masuk wilayah ini berasal daeri dusun purba Koto Limau Sering.
- Sigindo Junjung, diperkirakan berlokasi di Tanjung Kerbau Jatuh (Sanggaran Agung) sekarang. Negeri yang berada dibawah tanah Sigindo ini berasal dari pemekaran dusun purba Jerangkang Tinggi.
- Sigindo Siah tanah Sigindo Rawo, tanah Sigindo Batinting dan tanah Sigindo Bujang diperkirakan berlokasi di sekitar dusun Pulau Sangkar sekarang. Negeri yang ini berasal dari dusun purba Jerangkang Tinggi.
- Sigindo Kuning, berlokasi di daerah Pratin Tuo (dusun Tuo). Negeri yang berada di bawah Sigindo ini berasal dari dusun purba Lapai Tuo. Daerah ini disebelah Timur Serampas.
- Sigindo Segilintang, berada di sekitar daerah Pamenang sekarang. Negeri yang berada dalam lingkup tanah Sigindo ini berasal dari dusun purba Sungai Lintang.
- Sigindo Timben, berada pada daerah sekitar dusun Sungai Manau sekarang. Negeri yang berada dalam lingkup wilayah ini berasal dari dusun purba Timben.
- Sigindo Pengantung, wilayahnya berada pada daerah sekitar Pangkalan Jambu sekarang. Sigindo ini memerintah negeri yang berasal dari dusun purba Pengantung.
- Sigindo Malgan, wilayahnya juga berada pada daerah sekitar Pangkalan Jambu. Negeri yang berada dalam lingkup tanah Sigindo ini berasa dari dusun purba Malgan.
- Sigindo Simukun, wilayahnya berada disekitar Nalo dan Tantan sekarang. Negeri yang berada dalam lingkup wilayah ini beradal dari dusun purba Muaro Simukun.
- Sigindo Demahu, wilayahnya juga berada pada daerah sekitar Nalo dan Tantan sekarang. Sekarang negeri yang berada dalam lingkup tana seginda ini berasal dari dusun purba Demahu.
- Sigindo Buluh, wilayah berada pada daerah sekitar Nalo dan Tantan. Negeri yang berada dalam lingkup tanah Sigindo ini berasal dari dusun purba Lubuk Buluh.
Masa berikutnya, Kerinci Rendah pernah dikuasai Kerajaan Sriwijaya dan Kerinci Tinggi tetap pada kedaulatannya. Lalu, ketika 'Kerinci' menjadi kekuasaan kerajaan Pagaruyung, rajanya membagi daerah kekuasaannya menjadi dua, yaitu Darek dan Rantau. Daerah Kerinci dan Jambi sekarang masuk dalam wilayah Rantau. Luhak merupakan bagian dari dua daerah tersebut yang letaknya berada di pedalaman.
Pada perkembangan selanjutnya, setelah pengaruh Islam masuk, pemerintahan berubah menjadi Depati, sama halnya dengan Luhak yang membawahi beberapa dusun. Pembagian wilayah Depati sudah diperjelas pada tulisan sebeumnya. Namun, pertanyaan yang muncul: Sejak kapan pemerintahan Depati ini muncul? Apakah setelah 'Kerinci' berada di wilayah kekuasaan Kesultanan Jambi, karena beberapa sumber internet yang kubaca, ada kemungkinan pemerintahan Depati ini dibentuk oleh pemerintahan Kesultanan Jambi supaya wilayah Kerinci berada di wilayah kekuasaannya, bukan menjadi wilayah Minangkabau (Sumatera Barat) atau Indragiri (Riau). Ini menjadi PeeR selanjutnya.
3 komentar:
mantap mantaap menambah khazanah...
sedikit mereview ttg tulisan ini, Saudari menulis di Pemerintahan Sigindo, u/ Sigindo Elok Misai yang diperkirakan berada disekitar dusun Jangkat (Muara Madras). Negeri tanah Sigindo ini berasal dari dusun purba Koto Mutun...
Nah, yang kita ketahui bahwa Sigindo Ilok Misai benarlah berada di Jangkat, namun bukanlah dalam kurungnya di Muara Madras, perlu diketahui bahwa ada Desa Jangkat (dahulu Koto Tapus) dan Kecamatan Jangkat dg Ibu kota Kecamatannya Muara Madras.
jadi, Sigindo Ilok Misai yg kita ketahui memimpin "Alam Sungai Tenang", disebutkan pula dari keturunan beliau menjadi Pemuncak Alam Koto Tapus (Desa Jangkat sekarang) dan yg menjadi Depati Karto Dewo yg memimpin wilayah (adat) Koto Sepuluh.
Koto Mutun, disini yang kita ketahui adalah Koto Mutut (bisa jadi dialeg atau pengucapan yg sdkit berbeda), tp saya menyakini bahwa keberadaan dusun lamo tsb, oleh penuturan masyarakat disana (sei. tenang), dusun tsb berlokasi di belakang Kantor Camat Sungai Tenang skrg. Mmm.. sedikit yg saya ketahui ttg koto Mutut ini, ada istilah Menggenapkan yg ganjil dan Mengganjilkan yg genap, ini terkait dg wilayah adat Pungguk Enam dan Pungguk sembilan yg fase/ zaman Sigindo masih berada dalam wilayah kewenanagan Sigindo Ilok Misai.
Demikian, sekedar berbagi, Salam.
Terima kasih Pak atas revisinya. Pembagian itu sy dapat dr internet, jd harap mahfum kalo ada kesalahan karena sy sendiri belum melakukan penelitian. Tulisan ini baru sekedar sangkaan karena rasa penasaran sy. Kalo boleh tahu, Bapak sekarang tinggal dimana dan bekerja dimana. Sy guru sejarah di SMAN 10 Batanghari yang baru 5 tahun tinggal di Jambi dan sangat tertarik dg sejarah Jambi. Salam kenal.
Terima kasih kepada ibuk atas tulisan nya,terus lah beekarya buk
Posting Komentar