Kalian
sering menyebut kami: Kubu. Ingatkah? Dalam setiap kata-kata pembuka selalu
terucap: “…. yang telah membawa kita dari alam kegelapan ke alam yang terang
benderang.” Bukankah kita sama-sama kubu pada awalnya?
Alam
kami memang gelap. Mata kami tak bisa membaca dan tangan kami tak bisa menulis,
namun kami mampu menjaga rumah kami dengan baik tanpa merusaknya. Tidak seperti
kalian yang mulai menumbangkan pohon-pohon yang rimbun serta mengusir
binatang-binatang yang tambun.
Seandainya
kalian mau mengingat perjanjian nenek moyang kita, mungkin rumah kami tak habis
terbakar. Kami bisa hidup mewah layaknya kalian yang ada di luar sana. Sebagian
kalian mengkhianti perjanjian itu. Menganggap kami kubu, yang mudah sekali
ditipu.
Jika
rumah kami kalian habiskan, bukankah rumah kalian juga akan terancam musnah?
Nafsu menguasai rumahku akan menjadi tombak yang bisa merobek tubuh. Mungkin
kalian sadari itu, namun hasrat itu telah membutakan. Suatu saat rumah kami, lalu
rumah kalian akan hancur karena keserakahan. Siapa sebenarnya yang pantas
disebut kubu?
Muara
Bulian, 5 September 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar