Ayah Bundaku
Bunda
engkau adalah
rembulan yang menari
dalam dadaku
Ayah
engkau adalah
matahari yang menghangatkan
hatiku
Kamis, 20 Maret 2008
Kamis, 06 Maret 2008
"Pelajaran Mengarang" dalam Sebuah "Rumah Singgah" di Kotaku
Cerpen "Pelajaran Mengarang" karya Seno Gumira Ajidarma adalah sisi lain dari kehidupan seorang anak penjaja seks. Tak ada yang menginginkan dilahirkan di tempat yang penuh dengan kenikmatan itu. Kisah ini menyusun kembali klise-klise memori otaku ketika aku mengenal suatu kompleks kumuh yang dihuni oleh penjaja seks di kotaku. Bukan suatu kompleks elite layaknya Sarkem yang ada di Yogyakarta dengan beberapa pembagian kelas (katanya, entahlah...). Itu hanya sebuah rumah singgah yang terbuat dari kumpulan-kumpulan papan kayu yang tersusun rapi.
Rabu, 05 Maret 2008
Si 'Pacarkecilku' hingga Si 'Sastrawan Moeda'
Pacarkecilku bangun di subuh hari ketika azan datang membangunkan mimpi.
Pacarkecilku berlari ke halaman/ menadah hujan dengan botol mainan/menyimpannya di kulkas sepanjang hari/dan malamnya ia lihat di botol itu gumpalan cahaya warna-warni.
Pacarkecilku lelap tidurnya/botol pelangi dalam dekapku.
Ketika bangun ia berkata/"Tadi kau ke mana? Aku mencarimu di rerimbun taman bunga."/Aku terdiam/Sepanjang malam aku hanya berjaga di samping tidurnya agar dapat melihat bagaimana azan pelan-pelan membuka matanya.
Pacarkecilku tak akan mengerti: pelangi dalam botol cintanya bakal berganti menjadi kuntum-kuntum mawar-melati yang akan ia taburkan di atas jasadku nanti.
Pacarkecilku berlari ke halaman/ menadah hujan dengan botol mainan/menyimpannya di kulkas sepanjang hari/dan malamnya ia lihat di botol itu gumpalan cahaya warna-warni.
Pacarkecilku lelap tidurnya/botol pelangi dalam dekapku.
Ketika bangun ia berkata/"Tadi kau ke mana? Aku mencarimu di rerimbun taman bunga."/Aku terdiam/Sepanjang malam aku hanya berjaga di samping tidurnya agar dapat melihat bagaimana azan pelan-pelan membuka matanya.
Pacarkecilku tak akan mengerti: pelangi dalam botol cintanya bakal berganti menjadi kuntum-kuntum mawar-melati yang akan ia taburkan di atas jasadku nanti.
Sabtu, 01 Maret 2008
Khotbah Di Atas Bukit: "Bahagiakah kau?"
Khotbah di Atas Bukit karya Kuntowijoyo. Dua minggu aku membaca buku itu, itupun tak benar-benar ku membacanya, biasa... sesekali melewatkan beberapa lembar halamannya, he. Filosofis sekali, lumayan sulit dimengerti, tidak seperti Mantra Pejinak Ular, ceritanya lebih menarik, mudah dimengerti dan menggelikan. Kisah si Barman (lupa aku nama pelakunya) sebagai seorang tua yang menginginkan hari tuanya dengan damai, malah menemukan segerombolan penguntit yang menginginkan fatwanya. ia terbelenggu oleh komunitas yang tak sengaja dibuatnya. Komunitas itu terbentuk hanya dengan satu pertanyaan: "bahagiakah kau?"
Langganan:
Postingan (Atom)