Mengendap sepi merasuki nadi
menjalar menuju titik tiada henti
merayapkan sunyi pada pangkal hati
meniduri rindu yang hadir tanpa permisi
memanggil-manggil hampa tanpa arti
Nyinyir sepi merentas galau di ujung hari
Sepi menghujamkan pilu tanpa ragu
merobek selaput beku dengan perisai sembilu
tak ada maaf bagi masa lalu, yang
merengkuh gelora dalam kalbu
memecah asa kemudian berlalu
Lantas waktu pun tergugu,
meratapi sepi yang kian membisu.
2009
NB: Puisi ini tercipta saat kehidupanku merasa sangat sepi, belum punya anak, jauh dari saudara, sahabat dan tak memiliki komunitas yang benar-benar mempresentasikan kegelisahan jiwa, serta berpindah dari satu kota ke kota berikutnya. Dunia yang kumiliki hanya kenangan-kenangan indah yang kujadikan pelipur lara.